Kamis, 26 Desember 2013

TIPS ENJOY MENGURUS RUMAH TANGGA BAGI WANITA PEKERJA







Bagi wanita pekerja, Memasak dan mengurus rumah tangga sudah jamak dilakukan selain kesibukan kerja juga. Menyenangkan memang, tapi terkadang terasa sangat berat, saat para istri bersibuk ria, tapi suami enak-enakkan nonton televisi atau ngorok. Hah...bikin tekanan  darah naik. Memang sih…….mengurus rumah tangga adalah kewajiban istri, tapi nggak ada aturan yang melarang bagi para suami untuk membantu pekerjaan istri kan? Bukankah istri juga ikutan membantu suami mencari nafkah tambahan? Jadi seharusnya kan saling membantu. Apalagi saat pagi, para istri selalu dan pasti super sibuk ( kata orang jawa. Endi irus endi suthil ). Dari bersih-bersih rumah, memasak dan menghidangkan makanan, merawat  anak sampai bersiap diri berangkat kerja. Huh….seolah waktu berjalan begitu cepat sebelum semua pekerjaan kelar. Dan akan sangat menjengkelkan jika suami hanya sekedar melihat tingkah pola kita tanpa punya inisiatif membantu. Tapi akan terasa begitu melegakan, bila suami ikutan membantu, meski hanya melakukan hal-hal kecil. 

So……Berikut ada sedikit tips untuk para istri yang pingin merasa enjoy menjalankan tugas dan pekerjaan rumah tanpa harus merasa dongkol dengan para suami:
1.      Komunikasikan  dan ajak suami untuk berbagi tugas.
 Misalnya : suami menemani anak mempersiapkan keperluannya sampai berangkat sekolah, istri mengurusi urusan masak-memasak
2.      Prepare keperluan  anak, suami dan diri sendiri pada malam harinya, sehingga pada pagi hari sudah tidak disibukkan dengan urusan baju yang belum disetlika atau jadwal pelajaran anak yang belum dipersiapkan
3.      Siapkan menu sarapan yang simple tapi kreatif dan tidak membutuhkan banyak waktu dalam proses penyajiannya
4.      Bangun pagi lebih awal tentunya.
5.      Jangan lupa untuk berterima kasih pada suami dan anak karena mereka sudah ikutan membantu
6.       Selamat mencoba……….

Kamis, 19 September 2013

Indahnya sorga bagi anak-anak








Membimbing anak-anak usia dini agar memiliki akhlakul karimah, butuh pendekatan yang agak unik. Mereka cenderung  mengikuti keinginan hati, ketimbang harus melakukan hal-hal baik yang kita jelaskan pada mereka. Mereka enggan melangkah ketika kita meminta mereka untuk melakukan sholat , mereka juga sering mengeluh ketika kita –sebagai orang tua- meminta mereka untuk belajar, atau saat mereka berbuat salah, mereka juga berkeberatan meminta ma’af, atau lebih parah lagi anak-anak kita acapkali bertengkar, atau mengolok-olok teman-temannya, bahkan lebih ekstrim lagi mereka berkelahi.Dan satu lagi hal yang kerap mereka lakukan tanpa merasa bersalah, mereka suka menertawakan apabila ada teman yang jatuh dari sepeda atau jatuh karena berlari.

Sebagai orang tua, apalagi sebagai seorang ibu, tentu kita telah memberikan rambu-rambu pada anak kita yang masih dalam usia pertumbuhan, mana yang boleh dilakukan dan mana hal yang tidak boleh diperbuat. Tapi…kita tidak bisa menutup mata, bahwa anak-anak kita juga tidak selalu berada di rumah. Apalagi di pedesaan seperti tempat tinggalku, anak-anak seringkali berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yang notabene tidak semuanya memberikan dampak positif bagi mereka. Belum lagi tayangan televisi  yang kebanyakan lebih tidak mengedepankan nilai-nilai edukatif. Padahal mayoritas tayangan di televisi tersebut amat banyak penggemarnya, termasuk anak-anak. Aq kadang berpikir dan cukup prihatin, bagaimana anak-anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang suka menghargai orang lain, kalo yang mereka lihat adalah acara komedi yang pemain-pemainnya seringkali mencela fisik lawan mainnya –kendati itu hanya guyonan-. Apa mungkin bangsa ini memiliki generasi  jempolan, bila yang ditonton adalah tayangan yang menampilkan adegan pukul-pukulan ( meski hanya dengan bahan yang tidak berbahaya ) dilanjutkan dengan ditertawakan oleh penontonnya. Dan ironisnya acara semacam ini malah menjadi acara yang ngetop dan lagi happening. HERAN!

Dengan kondisi semacam ini, aq mencoba menyikapi dengan bijak. Tak mungkin juga kita meminta pihak TV tuk menghilangkan adegan-adegan konyol tersebut, karena itu adalah trademark mereka, yang bikin acara tersebut laku di pasaran.So, setiap kali anakku melihat tayangan semacam itu, sebisa mungkin aq mendampingi, dan memberikan pehamahan yang benar. Atau dengan  istilah lain, aq mencuci otak mereka, bahwa adegan yang mengejek satu sama lain itu hanyalah skenario, dan tidak boleh di tiru oleh anak-anak.Selain itu ada hal yang lebih manjur lagi agar anak-anak mau dengan ikhlas berbuat kebaikan

Apakah itu? TELADAN! Yap ….Teladan dari orang tua hampir dipastikan dapat memacu anak-anak untuk berakhlakul karimah.
Bila kita menginginkan anak kita rajin sholat, maka kita bisa memulai dengan mengajak mereka sholat berjama’ah. Jangan hanya koar-koar menyuruh mereka sholat, tapi orang tua asyik dengan kesibukan lain
Jika kita menginginkan agar anak kita belajar, maka temani mereka selagi mereka belajar, kendati kita hanya duduk disampingnya sambil membaca koran.
Kalau kita berharap anak kita mau mengucapkan kata ma’af jika mereka melakukan sebuah kesalahan, maka kita juga harus melakukan hal yang sama.

Dan bila kita mengharap anak kita rukun dan suka menolong temannya, atau orang lain, kita bisa mengiming-imingi mereka dengan sorga. Caranya gampang saja…Diskripsikan pada anak-anak kita betapa indahnya sorga, pemandangan yang sejuk, rumah yang indah, kebun  yang bertabur bunga dan buah, atau kalimat yang lebih indah lainnya. Lalu katakan pada mereka bahwa semua itu akan mereka dapatkan jika mereka berbuat baik, jika mereka tidak mau berbuat baik, tentu rumah indah dan segala yang ada di sorga tidak boleh ditempati. Itu saja, insya Alloh anak usia 5-6 tahun sudah bisa memahami konsep sorga.  Dan jangan sekali-kali mengancam anak-anak dengan siksa neraka, karena hal itu sama sekali tidak efektif.  Dan kita tidak perlu mengatakan pada mereka kalo anak nakal itu temannya setan. Malah akan menimbulkan persepsi yang kurang tepat  bagi mereka.

So…intinya , merayu dengan memaparkan indahnya sorga itu lebih mengena bagi anak -anak  ketimbang mengancam dengan siksa neraka.

Rabu, 18 September 2013

Kontroversi Hati







Berusaha tuk istiqomah membuat postingan bagi blog ini ternyata cukup merepotkan. Ada banyak sekali hal-hal kecil yang seringkali di dramatisir menjadi alasan kuat buat nggak posting artikel. Mulai gak ada waktu lah, terlalu sibuk untuk urusan lain lah,belum dapat ide yang pas lah, belum dapet ilham lah,  sampai gak ada foto yang pas untuk artikel yang kubuat lah… hehehe…..Ada yang bilang semua itu tergantung niat. Tapi bagiku itu tak sepenuhnya benar. Karena kalo boleh jujur, aq toh selalu punya niat tuk meng-up date blogku, tapi nyatanya durasi dan frekuensinya tetap amburadul alias tidak bisa berkala. 

Sebenarnya ada banyak cara agar aq bisa selalu eksis dalam memperbarui dan menampilkan artikel yang baru , lebih fresh dan menarik banyak pengunjung tentunya. Tapi masalahnya sangat klasik dan klise , yaitu selalu terasa berat untuk memulai bertindak. Kalo boleh pinjam istilahnya Vicky Prasetyo, selalu terjadi “kontroversi hati” saat akan mulai ngeblog. Padahal aq hanya membutuhkan tindakan sederhana tuk bikin postingan. Benerkan….?

Aq hanya perlu sedikit melakukan pemaksaan terhadap jari jemariku agar mau hinggap di atas tuts keyboard computer. Seharusnya,   ini akan menjadi aktivitas yang sangat mudah dan tanpa memerlukan banyak kalori kan? Tapi nyatanya.kadang artikel yang kubuat gak ada juntrungannya dan terpaksa harus ku delete karena –menurutku- gak layang tayang.( meski postingan yang ada juga jauh dari sempurna). Walhasil sampai saat ini baru beberapa artikel yang menghiasi blog ini. 

Memang sih aq betul-betul awam soal ngeblog, tapi seharusnya aq bisa BW agar blogku lebih cantik dan menggoda siapapun tuk “sekedar” mampir. Aq baru beberapa kali BW …dan Alhamdulillah ada beberapa pengetahuan baru juga sih….( Coba kalo BWnya berkali kali dan lebih sering, pasti ilmu yang didapat lebih banyak dan berjibun, hehehe). Semua hal  memang mengalami proses dan berproses, tak terkecuali blog ini.

 Pernah terlintas sih aq mau bikin blog baru  dengan tema yang baru lagi, tapi sampai saat ini belum bisa kulakukan , karena menurutku akan lebih baik jika aq mengoptimalkan diri untuk merenovasi blog ini dulu, bila mungkin suatu saat nanti blog ini sudah memenuhi harapanku, aq ingin sekali bikin blog lain lagi. Dengan kata yang lebih manis, blog ini adalah tolak ukur bagiku untuk mengetahui seberapa berkomitmen aq pada sebuah pilihan. Dan menjadikan blog ini sukses adalah sebuah tantangan besar, mengingat aq hanya  tinggal di sebuah desa yang jauh dari hingar bingar perkotaan yang mungkin masih sangat memerlukan “konspirasi kemakmuran”.

Tapi minimal, dengan terbitnya artikel ini aku telah mengalahkan ketakutanku. Ketakutan akan ketidakbagusan artikel yang kubuat. Ketakutan akan ‘ketidakmenarikan’ artikel ini. Ketakutan bahwa postinganku gak akan ada yang mengunjungi…. Dan seabrek ketakutan-ketakutan yang lain.
So, dengan tersenyum  dan berbalut ” konfidensisasi”, di atas adalah postinganku untuk menunjukkan “statusisasi” dalam rangka mewujudkan “harmonisisasi” antara jiwa dan pikiranku.

Warning:
Istilah dalam tanda petik  adalah bukan termasuk dalam “vocabularisasi” pada KBBI. Hehehe…

Selasa, 27 Agustus 2013

PEDANG TAPE







PEDANG TAPE

Jangan pernah berpikir dan berasumsi bahwa kuliner yang kutampilkan berikut ini punya kemiripan fisik dengan senjata yach………..
Bentuknya tidak panjang layaknya samurai, dan tak berkilau layaknya pedang.
Tapi soal rasa….dijamin setajam pedang yang akan menggores  dan mengoyak-ngoyak lidah anda
 ( serem ………………!!!!!!!!)

Yap….PEpes uDANG TAhu temPE kuliner jenis lauk pauk yang seringkali menjadi menu di meja makan kita. Cara bikinnya juga super gampang dan dengan biaya yang minimalis, tapi sarat akan nilai gizi.
Ada banyak protein hewani maupun nabati, ada juga bumbu-bumbu dan sayuran yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita
Dilihat dari segi proses pemasakannya, sudah pasti PEDANG TAPE diproses melalui tekhnik yang paling aman, yaitu dikukus, sehingga zat gizi yang terkandung dalam masing-masing bahan makanan dipastikan aman dan tidak menghilang.

Jika anda tak sabar lagi untuk membuktikannya, segera kita intip resepnya…..


Bahan :
            100 gr              udang, bersihkan
            75 gr                tempe, potong dadi 1 x 1 cm
            2 buah              tahu putih, potong dadu 1 x 1 cm
            50 gr                kelapa parut
            3 buah              tomat, potong kotak kecil
            3 lembar          daun jeruk iris tipis-tipis
            20 lembar        daun kemangi
                                    daun pisang  untuk membungkus

Bumbu halus :
            7 buah              cabe rawit
            6 siung             bawang merah
            2 siung             bawang putih
            2 butir              kemiri
            ½ sdt                ketumbar
            1 cm                 laos
            2 cm                 kunyit
1/2 sdt              gula
 garam secukupnya

Cara membuatnya :
  1. Haluskan bumbu, tambahkan tomat, ulek kasar
  2. Campurkan tahu, tempe, udang, kelapa parut, aduk rata
  3. Taruh bahan pepes di atas daun pisang, tambahkan irisan daun jeruk dan kemangi.
  4. Bungkus bentuk tum, semat dengan lidi 
  5.  Kukus  selama 20 menit, angkat 
  6.  Sajikan
                                   

Eit, TIPSnya  ketinggalan kayaknya………….

TIPS:
  •  Jika menginginkan rasa yang tidak terlalu pedas, kurangi saja jumlah cabe rawitnya
  •  Sebelum dibungkus, adonan pepes bisa ditambahkan telur untuk mendapatkan tekstur PEDANG TAPE yang lebih padat
  • Taruh plastik di atas daun pisang sebelum meletakkan adonan, untuk mencegah bumbu pepes keluar (= ndrodos )
  • Jika ingin ingin segera merasakan nikmatnya PEDANG TAPE, jangan hanya berpikir , BERTINDAKLAH!