Membimbing anak-anak
usia dini agar memiliki akhlakul karimah, butuh pendekatan yang agak unik. Mereka
cenderung mengikuti keinginan hati,
ketimbang harus melakukan hal-hal baik yang kita jelaskan pada mereka. Mereka enggan
melangkah ketika kita meminta mereka untuk melakukan sholat , mereka juga
sering mengeluh ketika kita –sebagai orang tua- meminta mereka untuk belajar,
atau saat mereka berbuat salah, mereka juga berkeberatan meminta ma’af, atau
lebih parah lagi anak-anak kita acapkali bertengkar, atau mengolok-olok
teman-temannya, bahkan lebih ekstrim lagi mereka berkelahi.Dan satu lagi hal
yang kerap mereka lakukan tanpa merasa bersalah, mereka suka menertawakan
apabila ada teman yang jatuh dari sepeda atau jatuh karena berlari.
Sebagai orang tua,
apalagi sebagai seorang ibu, tentu kita telah memberikan rambu-rambu pada anak
kita yang masih dalam usia pertumbuhan, mana yang boleh dilakukan dan mana hal
yang tidak boleh diperbuat. Tapi…kita tidak bisa menutup mata, bahwa anak-anak
kita juga tidak selalu berada di rumah. Apalagi di pedesaan seperti tempat
tinggalku, anak-anak seringkali berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yang
notabene tidak semuanya memberikan dampak positif bagi mereka. Belum lagi tayangan
televisi yang kebanyakan lebih tidak mengedepankan
nilai-nilai edukatif. Padahal mayoritas tayangan di televisi tersebut amat
banyak penggemarnya, termasuk anak-anak. Aq kadang berpikir dan cukup prihatin,
bagaimana anak-anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang suka menghargai orang
lain, kalo yang mereka lihat adalah acara komedi yang pemain-pemainnya seringkali
mencela fisik lawan mainnya –kendati itu hanya guyonan-. Apa mungkin bangsa ini
memiliki generasi jempolan, bila yang
ditonton adalah tayangan yang menampilkan adegan pukul-pukulan ( meski hanya
dengan bahan yang tidak berbahaya ) dilanjutkan dengan ditertawakan oleh
penontonnya. Dan ironisnya acara semacam ini malah menjadi acara yang ngetop
dan lagi happening. HERAN!
Dengan kondisi
semacam ini, aq mencoba menyikapi dengan bijak. Tak mungkin juga kita meminta
pihak TV tuk menghilangkan adegan-adegan konyol tersebut, karena itu adalah
trademark mereka, yang bikin acara tersebut laku di pasaran.So, setiap kali
anakku melihat tayangan semacam itu, sebisa mungkin aq mendampingi, dan memberikan
pehamahan yang benar. Atau dengan istilah
lain, aq mencuci otak mereka, bahwa adegan yang mengejek satu sama lain itu
hanyalah skenario, dan tidak boleh di tiru oleh anak-anak.Selain itu ada hal
yang lebih manjur lagi agar anak-anak mau dengan ikhlas berbuat kebaikan
Apakah itu? TELADAN!
Yap ….Teladan dari orang tua hampir dipastikan dapat memacu anak-anak untuk
berakhlakul karimah.
Bila kita
menginginkan anak kita rajin sholat, maka kita bisa memulai dengan mengajak
mereka sholat berjama’ah. Jangan hanya koar-koar menyuruh mereka sholat, tapi
orang tua asyik dengan kesibukan lain
Jika kita
menginginkan agar anak kita belajar, maka temani mereka selagi mereka belajar,
kendati kita hanya duduk disampingnya sambil membaca koran.
Kalau kita berharap
anak kita mau mengucapkan kata ma’af jika mereka melakukan sebuah kesalahan,
maka kita juga harus melakukan hal yang sama.
Dan bila kita
mengharap anak kita rukun dan suka menolong temannya, atau orang lain, kita bisa
mengiming-imingi mereka dengan sorga. Caranya gampang saja…Diskripsikan pada
anak-anak kita betapa indahnya sorga, pemandangan yang sejuk, rumah yang indah,
kebun yang bertabur bunga dan buah, atau
kalimat yang lebih indah lainnya. Lalu katakan pada mereka bahwa semua itu akan
mereka dapatkan jika mereka berbuat baik, jika mereka tidak mau berbuat baik,
tentu rumah indah dan segala yang ada di sorga tidak boleh ditempati. Itu saja,
insya Alloh anak usia 5-6 tahun sudah bisa memahami konsep sorga. Dan jangan sekali-kali mengancam anak-anak
dengan siksa neraka, karena hal itu sama sekali tidak efektif. Dan kita tidak perlu mengatakan pada mereka
kalo anak nakal itu temannya setan. Malah akan menimbulkan persepsi yang kurang
tepat bagi mereka.
So…intinya
, merayu dengan memaparkan indahnya sorga itu lebih mengena bagi anak -anak ketimbang mengancam dengan siksa neraka.